Pasti pernah terbesit dipikiran Anda, apakah lebih baik menggunakan UEFI atau BIOS Legacy? Apabila Anda tertarik untuk memahami lebih dalam mengenai perbedaan sistem UEFI (Unified Extensible Firmware Interface) dan BIOS (Basic Input-Output System) serta bagaimana cara kerjanya, maka simak ulasan berikut ini.
BIOS Legacy dan UEFI
Pada tulisan kali ini AplikasiPC akan membahas beberapa perbedaan BIOS dan UEFI secara mendalam. Selain itu, pada tulisan ini AplikasiPC juga akan membahas apa saja persamaan diantara kedua sistem ini serta kelebihan dan kekurangan diantara keduanya. Tanpa basa-basi lagi, mari kita mulai.
Apakah UEFI dan BIOS sama?
Bisa dikatakan berbeda! Meskipun BIOS dan UEFI sama-sama berfungsi untuk menghubungkan antara perangkat komputer dan sistem operasi, namun keduanya memiliki tempat penyimpanan yang berbeda. BIOS Legacy menggunakan Master Boot Record (MBR) untuk menyimpan informasi seputar tugas booting, sedangkan UEFI menggunakan GUID Partition Table (GPT) sebagai tempat penyimpanannya.
Apa itu UEFI?
UEFI awalnya dikembangkan pada tahun 2007 sebagai standar untuk antarmuka motherboard. UEFI merupakan singkatan dari Unified Extensible Firmware Interface. Platform ini mendukung berbagai arsitektur, mulai dari ARM (AArch32), x86 (32-bit), x86-64 (64-bit), dan Itanium. UEFI diciptakan untuk mengatasi kekurangan teknis yang ada di BIOS Legacy. Soal fungsi, sama seperti BIOS, UEFI juga berfungsi sebagai jembatan antara sistem operasi dan hardware komputer. UEFI hadir dengan sejumlah fitur dan keunggulan yang tidak dapat diperoleh melalui teknologi BIOS lama. Pada akhirnya, diprediksi UEFI akan menggantikan BIOS sepenuhnya.
Pada komputer yang menggunakan sistem UEFI, file
*.efi
menyimpan seluruh informasi booting yang disimpan di partisi EFI (biasanya berukuran hanya 100 MB). Selain file
*.efi
, pada partisi ini juga terdapat bootloader. Pada sistem UEFI, komputer akan langsung memuat sistem operasi ketika dinyalakan, melewati BIOS POST sehingga proses booting lebih cepat. Tidak seperti BIOS, UEFI tidak memiliki batasan ukuran, sehingga lebih banyak komponen dapat diinisialisasi secara bersamaan.
Baca juga: Cara Mengatasi Error Access is denied Perintah bootrec /FixBoot
Apa itu BIOS?
BIOS merupakan singkatan dari “Basic Input-Output System”. Sistem ini tertanam di chip motherboard sebagai firmware, tidak seperti UEFI yang tersimpan di hard disk dan bisa kita modifikasi. Fungsi BIOS juga sebagai penghubung antara perangkat komputer dan sistem operasi. Tugas utamanya ialah memuat bootloader dan menginisialisasi sistem.
Saat komputer dinyalakan, BIOS pertama kali akan melakukan pengujian hardware yang akan mendeteksi dan memberitahu kita apabila terdapat masalah pada perangkat. Biasanya, saat error terdeteksi BIOS akan menampilkan pesan kesalahan di layar serta mengeluarkan bunyi bip sebagai kode. Apabila saat proses pemeriksaan tidak ada yang salah, maka bootloader akan dimuat dari MBR.
Perbedaan BIOS dan UEFI
BIOS dan UEFI adalah antarmuka yang digunakan oleh komputer yang berfungsi sebagai penghubung antara sistem operasi dan hardware yang terpasang. Kedua antarmuka ini bekerja saat komputer pertama dinyalakan dan meluncurkan sistem operasi dari hard drive.
BIOS membaca sektor pertama dari hard disk yang berisi alamat atau kode yang diperlukan untuk menginisialisasi perangkat selanjutnya. Selain itu, BIOS juga menentukan perangkat booting yang harus diinisialisasi agar sistem operasi dapat berjalan. Karena BIOS sudah ada lebih dulu ketimbang UEFI, hingga saat ini ia terus beroperasi dengan mode 16-bit, yang mengakibatkan pembatasan jumlah kode yang dapat diakses.
Di sisi lain, UEFI melakukan tugas yang mirip dengan BIOS tetapi dengan cara yang sedikit berbeda. Ia menyimpan seluruh informasi booting di file
*.efi
yang terletak di partisi tersendiri, bukan chip motherboard. Di dalam partisi EFI juga terdapat bootloader yang berfungsi untuk memuat sistem operasi.
BIOS bekerja dalam mode 16-bit sehingga tidak dapat menangani ruang lebih dari 1 MB. Akibatnya, hanya satu perangkat saja yang bisa diinisialisasi dalam satu waktu yang membuat waktu booting lama.
Sedangkah UEFI beroperasi dalam mode 64-bit sehingga ia bisa lebih banyak menginisialisasi perangkat secara bersamaan yang membuat proses booting lebih cepat. Selain itu, UEFI mendukung booting dari jaringan sehingga Anda bisa mengatasi masalah dari jarak jauh bahkan tanpa harus menginstal sistem operasi. Karena kelebihan UEFI tersebut, saat ini hampir semua produsen motherboard menggunakan sistem UEFI.
Perbedaan BIOS dan UEFI selanjutnya adalah tempat penyimpanannya. BIOS terletak di chip motherboard dan menyimpan data bootloader di Master Boot Record (MBR). MBR terletak di sektor pertama hard disk yang sangat rentan. Saat MBR rusak, sistem operasi menjadi tidak dapat dimuat.
UEFI, di sisi lain, menggunakan Tabel Partisi GUID yang melakukan pemeriksaan redundansi untuk mengidentifikasi kesalahan dan kerusakan partisi sebelum sistem operasi dimuat. Dengan demikian, UEFI menciptakan lingkungan boot yang lebih bisa diandalkan dan mudah untuk diperbaiki apabila terdapat kesalahan. Karena menggunakan GPT, ia mendukung lebih dari empat partisi primary.
Dengan kata lain, UEFI menghadirkan lebih banyak fitur dan peningkatan yang tidak mungkin dilakukan menggunakan sistem BIOS 16-bit.
BIOS | UEFI | |
---|---|---|
Arsitektur | 16-bit | 64-bit |
Lokasi | Chip motherboard (firmware) | Partisi EFI |
Penyimpanan | Sektor awal hard disk (MBR) | Partisi EFI |
Ukuran Maks. | 1 MB | Tanpa batasan |
Inisialisasi Perangkat | 1 | > 1 |
Tahun Pengembangan | 1970-an | 2007 |
Lebih baik menggunakan UEFI atau BIOS?
Tentu saja jawabannya adalah UEFI! Standar BIOS dikembangkan pada tahun 1970-an dan beroperasi dalam mode 16-bit yang membuatnya memiliki banyak kekurangan seperti ruang penyimpanannya yang terbatas dan banyaknya perangkat yang bisa diinisialisasi dalam satu waktu. Meskipun beberapa produsen motherboard masih ada yang menggunakan BIOS, namun diprediksi akan segera beralih ke UEFI karena segenap kelebihannya ketimbang BIOS.